Rabu, 11 November 2020

Bil dan Bul, Hidup itu Anugerah




Di suatu hari yang cerah. Matahari pun bersinar begitu ceria. Banyak teman datang pagi hari ini, tujuan mereka sama yaitu mengais rejeki butiran makanan sisa yang ada di tanah. Beberapa dari mereka menatap iri ke arahku. Ya, aku, Bil si Burung yang hidup di dalam sangkar yang indah ini. Tetapi aku merasa sangat bosan berada disini. Aku selalu membayangkan bagaimana rasanya bisa hidup di alam bebas seperti mereka?

Aku melihat ada satu tatapan yang cukup lama ke arahku. Tatapan itu menyimpan begitu banyak pertanyaan. Tatapan itu milik Bul, teman yang sering sekali datang ke tempat ini bersama rombongannya. Betapa nyamannya berada di tempat itu. Pasti itu yang ada di benaknya. 

"Apa kabarmu hari ini? " Sapa Bul, yang memiliki bulu yang cukup indah itu. Dia ini selalu menanyakan hal yang sama kepadamu. 

"Seperti yang kau lihat, aku masih seperti yang dulu. Berada di sini. Dengan ditemani cawan penuh makanan lezat. " Jawabku sekenanya. Karena sejatinya, dari hari ke hari aku tak bisa kemana mana. 

"Betapa beruntung dirimu. Bisa makan tanpa harus bersusah payah seperti kami ini." Sambungnya lagi. Masih belum puas rupanya dia memikirkan betapa bahagianya aku berada di tempat ini. 

"Ya... Mungkin ini sudah nasibku. Berada di sini menikmati segala pelayanan yang luar biasa." Jawabanku kali ini nampaknya akan membuatnya semakin ingin tahu bagaimana rasanya berada di tempat ini. 

"Kalau ada kesempatan, akankah kau mau mencoba menggantikanku di sini?" Tanyaku kepadanya. Dia pun tampak berbinar matanya. 

"Apakah kau serius? Aku akan senang sekali dengan penawaranmu kali ini. Kapan kiranya waktu itu akan datang? Aku akan bersiap." Balasnya dengan penuh semangat. 

Aku memikirkan waktu yang tepat. Aha!! Aku menemukan ide. Pasti ide ini akan berhasil. Sungguh cemerlang diriku ini. Ucapku dalam hati. 

"Bagaimana kalau besok pagi subuh, datanglah kemari, jangan lupa untuk tampil dengan penuh memukau. Pakailah aksesoris terbaikmu. Tampilkan kehebatanmu. Pasti kau akan dengan mudah menggantikanku. 

Dia pun mengangguk dan bergegas meninggalkanku. Nampaknya dia akan bersiap, aku akan memikirkan langkah selanjutnya. 

Keesokan harinya, cuaca masih terlalu dingin. Aku pun dibangunkan olehnya. Dia sudah berada tepat di bawah sana. 

Tak lama kemudian, Surya pemilikku membuka pintu rumah dan menuju ke arahku. Aku pun menjatuhkan cincin yang melingkar di kakiku tepat saat Surya datang menghampiriku. 

" Wah... Milik siapa ini? Coba aku cek dulu." Ucap Surya sambil mengamati satu per satu dari kami, burung peliharaannya. Ideku cemerlang sekali. Buktinya, Surya segera menurunkan sangkarku, membuka dan mencoba memasang kembali cincin itu di kakiku. Secara perlahan aku mengepakkan sayap. Semakin cepat dan semakin cepat aku mengepakkan sayap agar aku bisa terbang jauh dari situ. Aku memberikan kode pada Bul untuk mendekat ke arah halaman rumah Surya. Dan dia pun menuruti apa kataku. 

"Yes!! Rencana kami berhasil" Pekikku dalam hati. Surya nampak mengamatinya dari jauh. Tak lama kemudian, aku pun segera bergegas meninggalkan tempat yang sudah lama ku huni ini. 

"Lho, bagaimana ini kok bisa sampai lepas?" Teriak Surya menyesal dari kejauhan. Aku berusaha mengepakkan sayapku lebih cepat lagi meninggalkan tempatku yang istimewa. Aku ingin menikmati keindahan dunia. 

Setelah beberapa hari berlalu, aku pun terbang lagi ke arah rumah yang sudah bertahun tahun ku tempati. Kulihat ke arah sangkar yang selama ini ku tempati, kulihat dia sudah bertengger dengan nyamannya di atas sana. 

"Hai apa kabarmu?" Tanyaku kepadanya yang sedang menikmati hidup di dalam sangkar. 

"Hai kawan, lama tak jumpa. Seperti yang kau lihat. Aku baik baik saja. Aku bahagia di sini. Terimakasih ya atas bantuanmu. Hari itu, setelah kau terbang jauh. Pemilikmu duduk termenung di teras ini, aku pun mendatanginya sama persis seperti yang kau katakan. Akhirnya dia pun mengambilku dan meletakkanku di dalam sangkar ini. Kini aku sudah hidup enak. Bagaimana denganmu kawan? Tidakkah kau lelah terbang kesana dan kemari?" Jawabnya panjang lebar. 

"Syukurlah kalau kau bahagia. Aku bahagia dengan keputusanku." Jawabku lemah. 

Aku pun berbalik arah dan pergi meninggalkan rumah itu. Rumah yang sudah memberikan tempat yang nyaman untukku. Sekarang aku harus pergi ke tempat lain yang bisa memberikanku kenyamanan. 

******

Akhirnya dia pergi juga, aku tak tahu apa yang harus aku katakan kepadanya. Akankah aku mengatakan yang sesungguhnya bahwa aku tidak suka berada di dalam sangkar ini. 

Aah... 

Rupanya nikmat seseorang itu ada di mata orang lain. 


Baca juga yaa cerita cerita lainnya. Terimakasih sudah berkenan membaca

KOLABORASI DONGENG


1. DEA FELINA

= https://dee-arnetta.blogspot.com/2020/12/petualangan-di-hutan-ajaib.html?m=1


= https://dee-arnetta.blogspot.com/2020/12/petualangan-di-hutan-ajaib-end.html?m=1



02. ANASTASIA

= https://anastasialovich.blogspot.com/2020/12/misteri-patung-menangis-di-kerajaan.html?m=1


03. DELIA

= https://deliaswitlof.blogspot.com/2020/12/putri-mirela.html?m=1


04. ARDHIANA

= https://ceritaceriadinara.blogspot.com/2020/11/bil-dan-bul-hidup-itu-anugerah.html?m=1


05. Idah Ernawati 

= https://terpakukilaukata.blogspot.com/2020/12/omong-omong-di-belakang.html?m=1


06. Ira barus

=

https://menjile.blogspot.com/2020/12/meji-si-jago-tak-berekor.html


07. Mariana https://cemplungable.blogspot.com/2020/12/si-cantik-yang-sombong-dan-serakah.html


12 komentar:

  1. Akhirnya tayang juga.. Aku bolak-balik kemari Mbak nyari si Bil dan si Bul hehe..

    BalasHapus
  2. Kasihan, apa yang dilihat ternyata lain dengan yang dirasakan sendiri...

    BalasHapus
  3. Rumput tetangga memang lbh hijau ya mbak ^^

    BalasHapus
  4. Betul juga Apa yg terlihat tdk selalu sama seperti yg di pikirkan. Makna ceritanya bagus mbak

    BalasHapus
  5. Semoga tidak menyesal karena menjual kebebasannya

    BalasHapus
  6. Oyaa mba, pakai tautan ya agar link teman-teman bisa di-click. Makasih. Dea

    BalasHapus